Minggu, 30 April 2017

Akuntansi Komparatif Amerika dan Asia



Judul:
Genealogi Pengungkapan Fair Value Accounting Berbasis Pasar dan Konvergensi Praktik Akuntansi di Indonesia (Studi Interpretif – Kritis Praktik IFRS)
Volume & Halaman:
-
Tahun:
-
Penulis:
Syahril Djaddang dan Suratno

Review Jurnal
Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk menelaah genealogi akuntansi modern tentang pengungkapan Fair Value Accounting atas adopsi International Financial Reporting Standard (IFRS) memitigasi Konvergensi Akuntansi Di Indonesia yang digunakan untuk membangun prinsip-prinsip akuntansi modern, seperti IFRS sebagai justifikasi praktik akuntansi masa kini. Penelitian ini juga menyoroti pertimbangan penting bagi negara-negara lain untuk membahas IFRS karena krisis keuangan global saat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan filsafat ilmu dengan studi kepustakaan (library research), yang bersifat interpretatif kritis praktif IFRS. Filsafat ilmu digunakan sebagai analisis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang cenderung destruktif disatu sisi dan inspiratif dalam menyelamatkan manusia dari sikap membenarkan asumsi keilmuannya sendiri
Hasil kesimpulan menyatakan bahwa menanggapi kekhawatiran tentang pengukuran nilai wajar di pasar tidak likuid, dewan membentuk Penasehat Ahli untuk mengidentifikasi praktek terbaik untuk mengestimasi nilai wajar di pasar dan pengungkapannya. Pada Oktober 2008, IASB patuh pada tekanan regulator Eropa dan santai posisinya di FVA memungkinkan perusahaan untuk mentransfer non-derivatif aset keuangan dari klasifikasi yang dilaporkan sebesar nilai wajar ke dalam kategori yang menggunakan biaya perolehan diamortisasi dengan aset nilai (Bogoslaw, 2008). Dewan Standar Akuntansi Internasional dirasionalisasi perubahan dengan mengatakan itu akan menciptakan tingkat lapangan bermain dengan standar FASB ada, Laporan Laporan Akuntansi, Keuangan 115 yang memungkinkan perusahaan dalam keadaan langka 'untuk membuat transfer yang sama. IASB berpendapat krisis keuangan saat ini pada dasarnya memenuhi syarat sebagai situasi langka karena pasar tidak likuid untuk produk keuangan (Bogoslaw, 2008). Selanjutnya, pada 31 Oktober 2008, IASB menerbitkan bimbingan pendidikan pada pengukuran nilai wajar dari instrumen keuangan di pasar yang tidak lagi aktif. Hal itu menegaskan bimbingan diterbitkan sebagai hasil dari diskusi oleh Penasehat Ahli dibuat oleh IASB pada tahun 2008. Pedoman diusulkan juga konsisten dengan persyaratan AS yang ada, termasuk perubahan terakhir.
Ekonomi di Asia-Pasifik (Jepang, India, Malaysia dan Indonesia), Amerika Utara (Kanada), Amerika Tengah (Meksiko) dan Amerika Selatan (Argentina, Brasil dan Chile) mengadops adopsi penuh IFRS. Namun, negara-negara tersebut mengadopsi IFRS sebagai pertimbangan pengaruh krisis keuangan, khususnya penggunaan FVA di IFRS dan perannya dalam krisis keuangan.
Semua negara-negara yang sudah menyiapkan konvergensi tetap teguh dengan rencana konvergensi akuntansi. Dipimpin oleh Ikuo Nishikawa, Ketua ASBJ, dan Sir David Tweedie, Ketua IASB, pertemuan kesepuluh untuk mempercepat konvergensi Jepang GAAP dan IFRS (IASB, 2009). Sebagai bagian dari pertemuan tersebut, perwakilan dari IASB memberikan update kebijakan yang telah dan oleh IASB dalam menanggapi krisis keuangan. Roadmap ini memungkinkan adopsi awal IFRS oleh perusahaan tercatat untuk tahun fiskal yang dimulai 1 April 2009 dan mengusulkan adopsi IFRS wajib dari 2015 atau 2016.
Kesimpulan penelitian : Studi eksplorasi ini menyoroti implikasi penting krisis keuangan global dan konvergensi praktik akuntansi, pelaporan keuangan, dan kecenderungan konvergensi IFRS di Indonesia. Dengan analisis metode genealogi akuntansi menunjukkan bahwa krisis keuangan tidak menghambat kecenderungan konvergensi akuntansi: mayoritas negara-negara mengalami krisis keuangan global dan berkomitmen untuk mengadopsi IFRS yang direncanakan. Selain itu, kemajuan konvergensi dicapai antara IFRS dan US GAAP.
American Bankers Association dan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) pada September 2008 menyatakan bahwa'' masalah yang ada di pasar keuangan saat ini dapat ditelusuri ke berbagai faktor. Salah satu faktor yang diakui adalah nilai wajar akuntansi (FVA), kekhawatiran dimiliki oleh Kongres AS, karena tekanan yang kuat pada Standar Akuntansi Keuangan (FASB) untuk mengubah aturan akuntansi. Lihat juga Forbes (2009), Wallison (2008a, b) dan Whalen (2008) untuk akuntansi nilai wajar (FVA) dan krisis keuangan.

Sumber Jurnal:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar