3.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori
Neo-Klasik (Robert Solow)
Robert Solow dari MIT dan Trevor Swan dari Australian National
University secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang
sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo-Klasik. Seperti halnya dengan
model Harrod-Domar, model Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana
pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling
berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Walaupun dalam kerangka umum dari
model Solow-Swan mirip dengan model model Harrod-Domar, tetapi model
Solow-Swan lebih “luwes” karena :
(a) Menghindari
masalahy “ketidakstabilan” yang mkemrupakan cirri warranted rate of growth
dalam model Harrod-Domar
(b) Bisa lebih luwes
digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan.
Keluesan ini terutama disebabkan oleh
karena Solow dan swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah
dimanipulasikan secara aljabar. Dalam model Harrod-Domar, output dan
capital dan output dan tenaga kerja masing-masing dihubungkan oleh satu
“fungsi produksi” dengan koefisien yang tidak bisa berubah, yaitu Qp = hK dan Qn, = nN. Dalam
model Neo-Klasik dari Solow dan Swan dipergunakan suatu fungsi produksi yang
lebih umum, yang bias menampung berbagai kemungkinan substitusi antara capital
(K) dan tenaga kerja (L). Bentuk fungsi produksi adalah:
Q = F
( K, L )
Yang memungkinkan berbagai kombinasi penggunaan K dan L untuk
mendapatkan suatu tingkat output. Fungsi produksi semacam ini (yang sering
dijumpai dalam teori ekonomi mikro) disebut fungsi produksi Neo-Klasik. Dalam menggunakan fungsi semacam
inilah Solow dan Swan bisa menghindari masalah “ketidakstabilan” dan mengambil
kesimpulan-kesimpulan baru mengenai distribusi pendapatan dalam proses
pertumbuhan (seperti halnya kaum Klasik).
Dengan digunakannya fungsi produksi Neo-klasik tersebut, ada satu
konsekuensi lain yang penting. Konsekuensi ini adalah bahwa seluruh factor yang
tersedia, baik berupa K maupun berupa L akan selalu terpakai atau tergunakan secara
penuh dalam proses produksi. Ini disebabkan karena dengan fungsi
produksi Neo-Klasik tersebut, berapapun K dan L yang tersedia akan bisa
dikombinasikan untuk proses produksi, sehingga tidak ada lagi kemungkinan
“kelebihan” dan “kekurangan” factor produksi seperti dalam model misalnya,
Harrod-Domar atau Lewis. Posisi “full employment” ini membedakan model
Neo-Klasik. Dengan adanya model Keynesian (Harrod-Domar) maupun model
Klasik. Jadi jelas bahwa penggunaan fungsi produksi Neo-Kalsik sehingga selalu
jelas terdapat ‘full employment’ merupakan cirri utama yang membedakan model
ini dengan model-model pertumbuhan lain.
B.
Proses Pertumbuhan Ekonomi
Ada empat hal yang melandasi model
Neo-Klasik:
(a) Tenaga kerja
(atau produk), L, tumbuh dengan laju tertentu, misalnya p per tahun
(b) Adanya fungsi produksi
Q = F ( K, L ) yang berlaku bagi setiap produksi.
(c) Adanya
kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh masyarakat yang dinyatakan
sebagai proporsi (s) tertentu dari output (Q0. Tabungan masyarakat S =
sQ; bila Q naik S juga naik , dan turun bila Q turun.
(d) Semua tabungan
masyarakat diinvestasikan S = I = ∆K. Dalam model Neo-Klasik tidak lagi
dipermasalahkan mengenai keseimbangan S dan I. Dengan kata lain perkataan
permasalahan yang menyangkut “warranted rate of growth” tidak lagi relevan.
Proses pertumbuhan dalam model Neo-Klasik selalu memenuhi syarat warranted rate
of growth, karena S dinggap selalu sama dengan I.
Referensi :
1. http://krisbandi.blogspot.com/2012/09/teori-pertumbuhan-ekonomi-2-aliran.html#.U5Fsw_mwJtA
2. http://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/teory-pertumbuhan-ekonomi-menurut-slow-swan-teori-pertumbuhan-ekonomi-neo-klasik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar