Jumat, 06 Juni 2014

3.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Neo-Klasik

3.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Neo-Klasik (Robert Solow)

Robert Solow dari MIT dan Trevor Swan dari Australian National University secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama  model pertumbuhan Neo-Klasik. Seperti halnya dengan model Harrod-Domar, model Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Walaupun dalam kerangka umum dari model Solow-Swan mirip dengan model model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan  lebih “luwes” karena :
(a)    Menghindari masalahy “ketidakstabilan” yang mkemrupakan cirri warranted rate of growth dalam model Harrod-Domar
(b)   Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan.
Keluesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah dimanipulasikan secara aljabar. Dalam model Harrod-Domar, output dan capital  dan output dan tenaga kerja masing-masing dihubungkan oleh satu “fungsi produksi” dengan koefisien yang tidak bisa berubah, yaitu Qp = hK dan Qn, = nN. Dalam model Neo-Klasik dari Solow dan Swan dipergunakan suatu fungsi produksi yang lebih umum, yang bias menampung berbagai kemungkinan substitusi antara capital (K) dan tenaga kerja (L). Bentuk fungsi produksi adalah:
Q = F ( K, L )
Yang memungkinkan berbagai kombinasi penggunaan K dan L untuk mendapatkan suatu tingkat output. Fungsi produksi semacam ini (yang sering dijumpai dalam teori ekonomi mikro) disebut fungsi produksi Neo-Klasik. Dalam menggunakan fungsi semacam inilah Solow dan Swan bisa menghindari masalah “ketidakstabilan” dan mengambil kesimpulan-kesimpulan baru mengenai distribusi pendapatan dalam proses pertumbuhan (seperti halnya kaum Klasik).
Dengan digunakannya fungsi produksi Neo-klasik tersebut, ada satu konsekuensi lain yang penting. Konsekuensi ini adalah bahwa seluruh factor yang tersedia, baik berupa K maupun berupa L akan selalu terpakai atau tergunakan secara penuh dalam proses produksi. Ini disebabkan karena dengan fungsi produksi Neo-Klasik tersebut, berapapun K dan L yang tersedia akan bisa dikombinasikan untuk proses produksi, sehingga tidak ada lagi kemungkinan “kelebihan” dan “kekurangan” factor produksi seperti dalam model misalnya, Harrod-Domar atau Lewis. Posisi “full employment” ini membedakan model Neo-Klasik. Dengan adanya model  Keynesian (Harrod-Domar) maupun model Klasik. Jadi jelas bahwa penggunaan fungsi produksi Neo-Kalsik sehingga selalu jelas terdapat ‘full employment’ merupakan cirri utama yang membedakan model ini dengan model-model pertumbuhan lain.

B.  Proses Pertumbuhan Ekonomi
Ada empat hal yang melandasi model Neo-Klasik:
(a)    Tenaga kerja (atau produk), L, tumbuh dengan laju tertentu, misalnya p per tahun
(b)   Adanya fungsi produksi Q = F ( K, L ) yang berlaku bagi setiap produksi.
(c)    Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output (Q0. Tabungan masyarakat S = sQ;  bila Q naik S juga naik , dan turun bila Q turun.
(d)   Semua tabungan masyarakat diinvestasikan S = I = ∆K. Dalam model Neo-Klasik tidak lagi dipermasalahkan mengenai keseimbangan S dan I. Dengan kata lain perkataan permasalahan yang menyangkut “warranted rate of growth” tidak lagi relevan. Proses pertumbuhan dalam model Neo-Klasik selalu memenuhi syarat warranted rate of growth, karena S dinggap selalu sama dengan I.
 Referensi :
1. http://krisbandi.blogspot.com/2012/09/teori-pertumbuhan-ekonomi-2-aliran.html#.U5Fsw_mwJtA
2. http://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/teory-pertumbuhan-ekonomi-menurut-slow-swan-teori-pertumbuhan-ekonomi-neo-klasik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar