Judul : Ibuku (Tidak) Gila
Penulis : Anggie D Widowati
Penerbit :
Grasindo
Cetakan :
2014
Tebal : 310 Halaman
Seorang
ibu memiliki ikatan batin yang abstrak dengan putra putrinya, walaupun ada
pisau yang menyakitkan mengiris ikatan tersebut, tetapi ikatan itu tidak akan
pernah putus, selamanya. Hal inilah yang coba disampaikan oleh Anggie melalui
novelnya kali ini. Kisah dimulai ketika Dewa, mengetahui bahwa ibu biologisnya
selama ini dirawat di rumah sakit jiwa. Hal ini membuat Dewa bertanya – tanya
apa yang membuat sang ayah merahasiakan hal ini darinya selama bertahun – tahun
dan alasan ibunya dirawat dirumah sakit jiwa. Kenapa ayah nya tega menaruh ibu
dirumah sakit jiwa sendirian, kenapa ayah menikah lagi dan bertindak seolah –
olah selama ini tidak ada apa – apa pada dirinya ? apakah ayah tidak mencintai
ibu lagi ? apa ayah dan ibu tiriku berselingkuh hingga menjadi penyebab
ibu gila ? semua pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiran Dewa dan meyebabkan
dirinya tidak bisa fokus kepada kuliahnya. Nilai ujiannya hancur dan hubungan
yang telah ia bina bersama pacarnya pun terpaksa harus putus ditengah jalan, keretakan
hubungan keluarga antara Dewa, ayah dan mama tirinya pun tidak terhindari.
Anehnya, ibunya tidak mengenali dirinya dan selalu histeris juga bertindak
kasar tiap kali melihat dirinya. Dewa pun meminta bantuan seorang mahasiswi
psikologi bernama Ara untuk membantu dirinya menyusuri dan mengungkap
perjalanan hidup ibunya dahulu, juga membantu dirinya memecahkan mimpi – mimpi
yang sering dirinya alami, mulai dari gadis kecil yang selalu memanggil namanya
didalam mimpi hingga sepatu merah dan bunga kertas ungu. Dewa yakin mimpinya
ini merupakan kunci baginya untuk tahu apa yang terjadi dan rahasia apa yang
sebenarnya disembunyikan ayahnya. Setelah menguak dan menelusuri masa lalu
ibunya, Dewa menemukan kenyataan bahwa semua hal ini justru bermuara dari
dirinya. Dewa akhirnya mendapatkan bukti bahwa sebenarnya ia memiliki adik
kandung perempuan, gadis yang selalu muncul dalam mimpinya. Sekaligus mendapat
kenyataan pahit bahwa sebenarnya dirinya lah yang menyebabkan kematian adiknya
yang berujung kepada kegilaan sang ibu yang memiliki masa kecil kelam bersama
kedua orangtuanya. Tema yang diangkat dalam novel ini adalah mengenai gangguan
psikologis yang dibumbui kisah hubungan keluarga dan juga kisah cinta. Tokoh
utama dalam novel ini adalah Dewa, sedangkan tokoh kedua adalah Ara mahasiswa
psikologi dan ketiga adalah ibu Dewa yang mengalami gangguan mental.
Penokohannya pun menarik, dimulai dari Dewa seorang mahasiswa jurusan ekonomi
yang memiliki rasa curiga yang tinggi terutama mengenai penyebab kejiwaan sang
ibu dan selalu memiliki keyakinan bahwa ibunya waras, serta keras kepala.
Sedangkan Ara adalah mahasiswi psikologi yang berparas cantik, memakai kacamata
dan juga cerdas. Sang ibu memiliki penokohan sebagai seorang wanita paruh baya
yang memiliki gangguan kejiwaan dan selalu berpenampilan berantakan. Ayah
adalah seorang pejabat negeri yang berwibawa, tegas namun juga lembut dan
penyayang. Novel ini mengambil latar belakang di rumah sakit jiwa, kediaman
Dewa di Solo dan kampung halaman sang ibu di Jogja dimana ia menguak semua
rahasia kelam masa kecil ibunya. Waktu dalam cerita ini adalah pagi, siang dan
malam dengan suasana cerita yang cenderung sedih, marah dan kecewa. Cerita
memiliki alur maju mundur, ditandai dengan adanya flashback masa lalu dan
kejadian yang sedang terjadi sekarang. Amanat serta nilai moral yang terkandung
didalamnya yaitu kita harus menyayangi lah ibu kita apapun keadaannya, karena
bagaimanapun kita adalah anak nya yang telah dikandung susah payah selama 9
bulan dan dilahirkannya dengan taruhan nyawa.Juga jangan mudah menyerah dan
selalu bersyukur. Novel ini memiliki kelebihan yaitu cerita yang disuguhkan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, penjelasan masalah
psikologis pun diberikan lengkap sehingga pembaca mudah memahami mengingat
genre yang diangkat cukup berat. Cerita yang dituturkan pun dapat membawa
pembaca merasa terlibat langsung dalam emosi – emosi yang disampaikan oleh tiap
tokohnya. Sedangkan kekurangan novel ini adalah akhir ceritanya yang
menggantung dan belum ada kejelasan keadaan selanjutnya mengenai sang ibu, dan
malah fokus dengan kisah cinta antara Dewa dan Ara.
Sumber : http://www.kompasiana.com/www.bellasetiawati.com/resensi-ibuku-tidak-gila-ketika-drama-bertemu-psikologi_54f35c527455137d2b6c71fb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar